Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika
Kementerian Perindustrian Hardjanto menyatakan, rel kereta yang digunakan di
Indonesia 100% masih diimpor dari berbagai negara. Sebab, hingga kini belum ada
industri dalam negeri yang mampu memproduksi komponen infrastruktur berbahan
baku besi baja tersebut.
"Kalau kereta api,
gerbongnya memang bisa kita buat sendiri, tapi relnya apa bisa kita buat? Tidak
ada pabriknya di sini," kata Hardjanto usai menyampaikan Kuliah Umum
tentang Baja Lokal vs Baja Impor di Jakarta, Rabu (19/12).
Hardjanto
menjelaskan, beberapa komponen kereta api yang sudah dapat diproduksi di dalam
negeri, di antaranya adalah bogie atau sistem kesatuan roda pada kereta api
hingga sistem pengkabelan (wiring).
Dengan kemampuan produksi komponen kereta tersebut, membuat Indonesia
kebanjiran order komponen kereta dari sejumlah negara. Salah satunya datang
dari Madagaskar, yang tekah menyampaikan minatnya untuk memesan kereta ke
Indonesia.
"Ada orang
minta untuk dibangunkan sistem kereta api di Madagaskar. Contoh ini ada proyek
yang ditawarkan. Tapi begitu pengusaha bertanya ke saya 'pak relnya gimana?'
relnya tidak bisa," ungkap Harjanto.
Untuk itu, Kemenperin mengembangkan jaringan bernama Sistem Baja
Nasional (SIBANA) untuk mengakomodir berbagai dinformasi berbagai jenis baja
yang sudah dapat diproduksi di dalam negeri dan yang belum tersedia, termasuk
baja yang digunakan untuk rel kereta.
"Dengan data ini nanti bisa dilihat baja yang memang sudah bisa
diproduksi di dalam negeri dengan yang belum. Sehingga, mampu mengundang
investor untuk masuk," ujarnya.
Seperti diketahui, Indonesia telah mengekspor rangkaian kereta. PT
Industri Nasional Kereta Api (INKA) memulai ekspor kereta (rangkaian/gerbong
penumpang) ke Bangladesh pada awal 2019.
Sebanyak 250 kereta akan dikirim secara bertahap dengan nilai kontrak
US$ 100,8 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun. Di tengah besarnya defisit neraca
perdagangan Indonesia, Inka berhasil mendapat kontrak pembelian kereta dari
Bangladesh.
Indonesia masuk ke dalam salah satu negara eksportir kereta terbesar di
dunia. Dalam paparan Inka 2019 menyebutkan, ekspor kereta Indonesia pada 2016
mencapai US$ 65,98 juta atau setara Rp 924 miliar dengan kurs Rp 14 ribu/dolar
Amerika Serikat.