JAKARTA - The Indonesian Iron and
Steel Industry Association (IISIA) menyatakan, mengalirnya impor baja bisa
berakibat ke industri nasional. Dampaknya bisnis ratusan perusahaan pun
dikhawatirkan bisa tumbang.
Ketua IISIA Silmy Karim mengatakan,
banyaknya produk baja impor sebagai bentuk ketidakadilan. Sehingga, industri
tahun depan kalau tidak ada langkah konkrit itu akan bangkrut. "Bisa
banyak yang tumbang di hilir baja. Saat ini, banyak sekali yang sudah tidak
produksi karena impor masuk secara deras," ujarnya di Jakarta, Jumat
(9/11/2018).
Silmy merincikan, anggota IISIA saat
ini telah mencapai 193 perusahaan. Mulai dari industri hulu dan hilir masuk di
asosiasi dengan berbagai macam cluster. Sementara, lanjut Silmy, kalau pabrik
baja sampai mati maka mengembalikannya butuh waktu tahunan.
Karena itu, IISIA mengapresiasi
langkah yang dilakukan SKK Migas terkait penggunaan baja dalam kegiatan usaha
hulu migas. "Sampai 5 tahun. Saya harap ada kebijakan-kebijakan seperti
ini," terang dia.
Kendati demikian, market share hulu
migas bagi industri besi dan baja disebutkan Silmy masih kecil presentasenya.
Paling banyak di sektor konstruksi dan otomotif. "Migas di bawah 20% lebih
kurang. Main di kualitas dan harga yang baik," tutur Silmy.
Dia menambahkan, nota kesepahaman
yang ditandatangani dengan SKK Migas ini belum menjamin bisa di bawah harga.
Sebab, tidak cukup dengan SKK Migas saja, juga harus dengan yang lain.
"Setidaknya sudah dikunci juga di dalam negeri. Kalau murah, tapi tidak
adil caranya ya tidak adil, kan ada harga acuan dunia kenapa bisa murah,"
pungkasnya.