KONTAN.CO.ID
- JAKARTA. Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur,
pemerintah terus berupaya membenahi dan memperkuat industri baja nasional
dengan mewujudkan negara mandiri dari impor baja. Namun yang saat ini tengah
dialami hampir seluruh Negara di dunia adalah minimnya permintaan akan produk
baja karena dampak pandemi Covid-19.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
(ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier mengatakan di era Covid-19 semua Negara
berupaya mencari cara agar permintaan di industry baja meningkat.
“Di Amerika, ada upaya dari industri bajanya menyurati parlemen untuk
mengeluarkan semacam infrastruktur bill yang tujuannya untuk mendorong industri
baja agar bergerak. Karena pada saat Covid-19 hampir seluruh industri baja ini
mengalami slow down dan
kemudian banyak dijumpai tenaga kerja yang mungkin dijaga, agar tidak di PHK.
Ini satu upaya yang besar, jadi distruption dari supply chain secara
global,” terangnya dalam dalam keterangan tertulisnya, Kamis (1/10).
Taufiek menjelaskan negara-negara yang berkonsentrasi di
industri baja, menggunakan skema stimulus untuk membangkitkan industri baja
nasionalnya. Dengan skema stimulus ini, diharapkan permintaan baja tumbuh
sehingga semua ekosistem yang ada di industri baja ini juga ikut bergerak.
“Pemerintah China juga sama, mengeluarkan bounce sampai sekitar
US$ 326 miliar. Jadi pemerintah pusat dan derah, untuk proyek pembangunan
hampir 13 airport, 9 railway, semua ditujukan untuk membangkitkan permintaan
baja. Dan estimasi dari proyek yang seperti itu, 21 juta ton dapat terserap di
proyek-proyek tersebut,” urainya.
Ia menambahkan, jika diliat dari peta dunia sebanyak 52%
pengguna baja itu di sektor konstruksi dan bangunan. Kemudian, 16%
equipment/machining, 12% di sector otomotif, 10% di house hold, dan 3% di
sektor lainnya seperti alat elektronik. Karenanya, infrastruktur menjadi
penting untuk di dorong oleh dana pemerintah.
Selain itu, instrument
lain dalam memperkuat industri baja nasional adalah SNI produk baja dan
peningkatan TKDN. Ia menilai, secara teknik, SNI merupakan instrument yang
cukup bagus untuk membendung, impor-impor produk yang dihilir.
“Kalau bahan baku saya kira itu kan hanya di pabrik. Kalau
konsepnya SNI itu kan beredar di pasar. Itulah yang menjadi fokus. Industri
yang paling hilir yang menjadi perhatian kami harus SNI. Untuk TKDN juga sudah
kami upayakan sehingga produksi itu punya TKDN di atas 40% otomatis pemerintah
BUMN daerah itu harus membeli produk-produk yang dihasilkan dari dalam negeri.
Itu yang menjadi konsentrasi kami,” paparnya.
Namun, ia juga menegaskan pentingnya industri baja melakukan inovasi. Hal itu
agar industri baja nasional tetap berkelanjutan. Menurutnya, persepsi konsumen
untuk membeli sebuah produk harus dibangun agar industri ini tetap tumbuh.
Dengan begitu, Taufiek bilang ada 4 hal yang menjadi fokus dalam
penanganan industri baja. Pertama, inovasi jadi bagian kunci keberlangsungan
industri baja nasional. Kedua, pemerintah, baik pusat, daerah harus
mengalokasikan minimal proyek-proyek infrastruktur yang menjadi bagian penting
penyerapan baja nasional.
Ketiga, inovasi bagian yang tidak terpisahkan di dalam
membangkitkan ekonomi di era pandemi Covid-19 ini. Keempat adalah penegakan
SNI, instrument-instrumen lain, termasuk TKDN menjadi kunci juga untuk
menumbuhkan industri baja agar tetap terjaga dari berbagai barang impor yang
mungkin seharusnya bisa diproduksi.
"Konsep yang kami bangun adalah bagaimana utilitas industri
ini tetap tumbuh, minimal tidak jatuh. Jadi, tumbuh ini karena demand yang ada
juga tetap bergerak,” ujarnya lagi.
Stephanus Koeswandi, Vice President PT Tata Metal Lestari
memaparkan strategi pelaku usaha dalam menjaga industri baja nasional dalam
percepatan infrastruktur di masa pandemi. Ia menjelaskan ada 2 strategi yang
dapat dilakukan pengusaha dalam kondisi ini.
Pertama adalah bertahan dengan menjaga kesehatan dan keamanan
kerja di lingkungan industri baja nasional, dan menjaga perekonomian dan
memproteksi industri baja nasional dari baja impor.
Kedua, maju ke
depan dengan mempercepat inovasi dalam industri baja, inovasi berbasis metal
secara berkesinambungan, kemudian meningkatkan standard dan yang terakhir
memperkuat UMKM dan IKM khususnya untuk baja konstruksi.
Stephanus menambahkan, baja merupakan Mother of Industry dari sebuah negara.
Karenannya ia berharap dukungan untuk dapat menjaga dan meningkatkan
standarisasi di industri ini.
Salah satunya dengan percepatan kebijakan wajib SNI khususnya
untuk profil baja ringan guna melindungi industri baja dalam negeri dari produk
impor.
Menurutnya, SNI Bagi industri baja sangat penting, khususnya
untuk konsumen akhir melihat spesifikasi yang tertera jelas dalam setiap produk
untuk menjamin keamanan bangunan.
"Industri ini ibaratnya sedang tidak sehat sehingga
membutuhkan obat untuk jangka pendek seperti safeguard jangka menengah seperti
SNI dan jangka panjang seperti kepastian energi dan lain sebagainya,"
ujarnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Standarisasi Nasional Kukuh S
Achmad menyampaikan, tahun ini masih ada 9 Daftar Program Nasional Regulasi
Teknis 2019-2020 terkait baja untuk disahkan.
Ia menjelaskan, nantinya jika SNI untuk 9 produk baja tersebut
disahkan diharapkan dapat menjadi jawaban pelaku industri atas persoalan daya
saing dan kemandirian selama ini. Pasalnya, produk impor memang perlu diatur
untuk menjaga produk dalam negeri.
"SNI produk baja ini sedang dirumuskan bersama Kementerian Perindustrian, mudah-mudahan ini yang diharapkan industri," tutupnya.
https://industri.kontan.co.id/news/jurus-memperkuat-industri-baja-nasional-dalam-percepatan-pengembangan-infrastruktur?page=3