347268_620
Krakatau Steel Ingin Restrukturisasi Utang 30,96 T Segera Diteken
Krakatau Steel Ingin Restrukturisasi Utang 30,96 T Segera Diteken
September 9, 2019

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Silmy Karim berharap perjanjian restrukturisasi utang senilai US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 30,96 triliun (kurs Rp 14,073 per dolar AS) kepada 10 bank dan lembaga pembiayaan dapat diteken pada bulan ini, September 2019.

Lebih jauh Silmy Karim menyebutkan, secara prinsip telah ada kesepakatan antara perusahaan dengan kreditor untuk restrukturisasi utang perusahaan pelat merah itu. Dengan begitu, dia berharap perjanjian restrukturisasi utang bisa segera ditandatangani.

Terlebih emiten berkode saham KRAS ini memiliki pinjaman jangka pendek yang jatuh tempo pada September 2019 kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. senilai total US$ 205,87 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun. 

Silmy mengatakan, pelunasan utang jatuh tempo bulan ini merupakan bagian dari inisiatif restrukturisasi utang yang sedang dilakukan. “Kami perkirakan bulan ini bisa tanda tangan mengingat kebutuhan restrukturisasi ini untuk kebaikan KS (Krakatau Steel) dan kreditor,” katanya, Sabtu, 7 September 2019.

Sebelumnya penandatanganan direncanakan pada Jumat dua pekan lalu, 30 Agustus 2019 di Kementerian BUMN. Namun penandatangan tak jadi dilakukan karena masih ada negosiasi yang perlu dilakukan dengan para kreditor dari kelompok non Himbara.

Sementara itu, Silmy menyebutkan KRAS terus memproses rencana divestasi anak usaha, PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI). Perusahaan telah menunjuk lembaga independen untuk menilai aset kedua entitas anak itu.

KDL memiliki dua segmen bisnis yakni pembangkit listrik dan distribusi gas di Kawasan Industri Cilegon. Bisnis pembangkit listrik akan dibeli oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Adapun, bisnis distribusi gas akan dilakukan spin off yang selanjutnya dibentuk joint venture dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Silmy menargetkan divestasi KDL dapat selesai pada tahun ini.

Sementara itu, perusahaan sedang menimbang penawaran dengan harga terbaik untuk divestasi KTI. Selain PTPP, Silmy menyebut banyak institusi yang mengajukan minat terhadap anak usaha yang bergerak di bidang distributor dan pengolahan air itu. "Ada 5 (perusahaan) lainnya,” katanya.

Krakatau Steel mengincar dana US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun dari pelepasan aset non-core. Dana yang didapatkan itu akan digunakan untuk membayar utang. Selain KDL dan KTI, perseroan juga akan melepas PT Krakatau Bandar Samudera (KBS).

Lebih lanjut, Silmy mengatakan, pihaknya bersama dengan Posco, perusahaan baja asal Korea Selatan tengah menggenjot kapasitas produksi pabrik PT Krakatau Posco di Cilegon yang bakal dimulai pada November 2019. Tahap ini merupakan bagian untuk merealisasikan kapasitas produksi 10 juta ton per tahun.

Jika pada awalnya kapasitas produksi Krakatau Posco 3 juta ton, maka akan ditingkatkan menjadi 6-8 juta ton. "Jadi total KP (Krakatau Posco) dan KS (Krakatau Steel) sebesar 10 juta ton,” kata Silmy.

 

 https://bisnis.tempo.co/read/1245448/krakatau-steel-ingin-restrukturisasi-utang-3096-t-segera-diteken

Related Articles