KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) bakal menggandeng sejumlah mitra untuk
kembali mengoperasikan fasilitas blast furnace di
Cilegon, Banten. Direktur Pengembangan Usaha KRAS, Purwono Widodo
menjelaskan, KRAS perlu membangun/menambahkan fasilitas basic oxygen furnace (BOF)
dalam rantai produksi slab baja untuk membuat produksi menjadi lebih efisien dan
sesuai dengan keekonomian.
Hanya saja, KRAS sedang dalam proses restrukturisasi
utang sehingga membutuhkan bantuan mitra untuk pengadaan fasilitas tersebut.
“Bentuk kerja samanya seperti apa kita sangat terbuka, apakah dengan pembentukan sister company,
apakah joint operation,
apakah sewa, itu semuanya sedang kita jajaki. intinya tujuan utamanya adalah
kita melakukan reaktivasi,” ujar Purwono kepada Kontan.co.id (17/2).
Proyek Blast Furnace Complex terdiri dari 4 pabrik utama
terintegrasi, yaitu sinter
plant, coke oven plant, blast furnace plant, dan hot metal treatment plant.
Fasilitas tersebut memiliki kapasitas produksi 1,2 juta ton per tahun dengan
produk hot metal sebagai produk utamanya, fasilitas ini juga bisa
menghasilkan pig iron.
Menurut alur produksi yang ada, output berupa baja cair atau
hot metal yang dihasilkan oleh fasilitas Blast Furnace Complex selanjutnya
dikirim untuk diproses di fasilitas KRAS lainnya untuk kemudian diolah menjadi
slab baja.
Proyek Blast Furnace Complex sendiri sejatinya sudah
pernah beroperasi pada pertengahan tahun 2019 silam. Hanya saja, pengoperasian
fasilitas tersebut kemudian dihentikan pada Desember 2019 gara-gara ongkos
produksi yang tinggi.
Hal ini lantaran perbedaan antara asumsi biaya gas dan
listrik saat proyek Blast Furnace Complex hendak digarap beberapa tahun
sebelumnya dengan biaya gas dan listrik saat Blast Furnace Complex dioperasikan
pertengahan tahun 2019 lalu.
Walhasil, slab baja yang
dihasilkan dari hot metal hasil fasilitas Blast Furnace Complex itu menjadi
lebih mahal dibanding slab baja di pasaran. “(Slab yang dihasilkan) lebih mahal
dibandingkan jika kita beli dari luar, bukan produksi sendiri,” tutur Purwono.
Purwono berujar, kehadiran fasilitas basic oxygen furnace dalam
rantai produksi slab baja akan membuat produksi menjadi lebih murah dan sesuai
dengan keekonomian. Berdasarkan estimasi terakhir, investasi fasilitas basic oxygen furnace diperkirakan
sekitar US$ 400 juta.
Saat ini, sudah ada beberapa calon mitra potensial calon
mitra potensial dari China dan dalam negeri yang telah melakukan diskusi dengan
KRAS dan menyatakan minatnya untuk terlibat dalam proyek reaktivasi ini.
“Ada sekitar 5 calon potensial yang sudah melakukan
kontak sudah melakukan diskusi kemudian mereka serius, serius itu ditandai
dengan kita menandatangani yang disebut dengan perjanjian kerahasiaan, NDA (non disclosure agreement).
” ujar Purwono.
Target KRAS, KRAS sudah bisa mendapatkan mitra dan menyepakati perjanjian kerja sama dengan mitra pada kuartal II tahun 2022 ini. Purwono memproyeksi, fasilitas blast furnace akan kembali beroperasi pada tahun 2023 mendatang.