Bisnis.com, JAKARTA — PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berkomitmen
dalam pengembangan industri baja berkelanjutan.
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk Akbar Djohan mengatakan industri baja menyumbang sekitar 4,66% emisi
karbon nasional. Menurutnya, diperlukan transformasi teknologi dari proses
konvensional menuju metode produksi rendah karbon.
"Sektor ini dikenal sangat energy
intensive. Optimalisasi tanur dan manajemen energi menjadi kunci
menekan biaya dan emisi," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat
Selain itu,
meskipun tingkat daur ulang baja global tinggi 630 juta ton per tahun, namun
kualitas dan konsistensi suplai skrap baja domestik masih jadi persoalan.
Kelebihan produksi baja dunia terutama dari China sebesar 625 juta ton, terus
menekan harga dan menantang keberlanjutan investasi industri hijau di dalam
negeri.
"Perlu upaya mitigasi emisi telah
masuk dalam agenda nasional melalui mekanisme inventarisasi GRK di tiap
perusahaan, validasi mitigasi oleh lembaga independen, dan peta jalan
dekarbonisasi sektor logam dasar. Jika kita ingin menjadikan industri sebagai
pengungkit kekuatan nasional, maka baja adalah titik tolaknya. Kita perlu
tumbuh cerdas dan hijau," tuturnya.
Adapun Indonesia kini menempati peringkat ke-14 dunia dalam produksi baja kasar, naik drastis dari tahun 2019. Produksi nasional telah mencapai 17 juta ton per tahun dan terus meningkat seiring ekspansi fasilitas dan peningkatan utilisasi.