KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen baja dalam negeri PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) tengah mengevaluasi target kinerja keuangan di
tahun ini. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Gunung Raja Paksi Alouisius
Maseimilian lantaran adanya perlambatan proyek infrastruktur di semester I-2019
serta besarnya impor baja yang masuk.
Analis Artha
Sekuritas Dennies Christopher Jordan menjelaskan saat ini bisnis baja memang
sedang sulit. Terutama karena gempuran baja impor dari China yang harganya
lebih murah. “Produksi mereka lebih efisien sehingga harganya bisa lebih
murah,” jelas Dennies, Rabu (9/10).
Dennies
memprediksi, kelesuan bisnis baja dalam negeri masih akan berlangsung dalam
jangka panjang. Pasalnya saat ini kebutuhan baja untuk pembangunan
infrastruktur sangat besar. Di sisi lain, anggaran belanja negara untuk
pembangunan juga terbatas. "Makanya butuh yang murah,” ujar dia.
Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) mengevaluasi
target kinerja tahun 2019
Sedangkan
produksi baja dalam negeri masih sangat kurang, sehingga harga tidak
kompetitif. Dennies menilai kondisi tersebut membuat pemerintah lebih memilih
impor.
Pada tahun
ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sejatinya menargetkan produksi baja
nasional mencapai 17 juta ton. Ini berkaca dari kebutuhan baja di dalam negeri
yang sebesar 14 juta ton.
Menurut data
Kemenperin, produksi baja dalam negeri hanya sekitar 8 juta ton per tahun dari
kebutuhan tersebut. Dari jumlah tersebut, GGRP menargetkan bisa memproduksi baja
sebanyak 1,25 juta ton tahun ini.
Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Yakin
Permintaan Baja Domestik Tetap Tinggi
Dennies juga
menambahkan, pemerintah sebenarnya juga sebelumnya pernah membatasi impor untuk
memperkuat industri baja dalam negeri. Adapun, peraturan terbaru yang
diterbitkan adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 110 Tahun 2018 tentang
ketentuan impor besi atau baja.
Peraturan
ini berlaku pada 20 Januari 2019. Namun, kebijakan tersebut sangat mudah
diakali. “Dengan mencampur kandungan baja,” jelas dia.
Untuk itu,
Dennies menyarankan investor untuk wait
and see apabila ingin melirik sektor baja. Pasalnya kondisi
saat ini membuat industri tersebut kurang menarik.