KONTAN.CO.ID
- JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) pada 17 Mei 2021 malam berhasil
melakukan produksi perdana hot rolled coil (HRC)
dari pabrik Hot Strip Mill2 (HSM 2) yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun.
Pabrik dengan investasi mencapai US$ 521 juta atau setara Rp 7,5
triliun ini merupakan pabrik baja yang menggunakan teknologi terbaru dan
tercanggih yang mulai dibangun pada tahun 2016.
Pabrik ini menghasilkan produk baja HRC dengan spesifikasi tertentu untuk
melengkapi produk yang dihasilkan oleh pabrik HSM 1 Krakatau Steel yang sudah
beroperasi dari tahun 1983.
Salah satu jenis produk
yang menjadi keistimewaan pabrik baru ini adalah HRC untuk kebutuhan otomotif
dan pabrik ini adalah pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan
ketebalan HRC dengan rentang 1,4 mm hingga 16 mm serta lebar mulai dari 600 mm
hingga 1.650 mm.
“Pabrik ini adalah pabrik dengan teknologi dan sistem terbaru
yang memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi. Total penghematan biaya
operasional bisa mencapai 25% dari pabrik HSM pada umumnya, karena penurunan
konsumsi energi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih optimal,” ungkap
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam keterbukaan informasi di Bursa
Efek Indonesia (BEI), Selasa (18/5).
Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan tertulis menyatakan
apresiasi terhadap keberhasilan beroperasinya pabrik HSM 2. Keberhasilan ini
membuktikan transformasi yang dilakukan KRAS berjalan dengan baik. Pabrik ini
akan turut memajukan perekonomian Indonesia.
“Dengan beroperasinya Pabrik HSM 2 Krakatau Steel mampu memenuhi
kebutuhan baja dalam negeri, sehingga akan mewujudkan kemandirian industri baja
nasional. Hal ini akan berkontribusi terhadap penghematan cadangan devisa
negara mencapai Rp 29 triliun,” ujar Erick.
Melalui pabrik HSM 2, kapasitas produksi HRC KRAS bertambah
menjadi 3,9 juta ton per tahun sehingga dapat menekan impor HRC yang mencapai
0,9—1,9 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan baja HRC/plate nasional mencapai
4,8—5,3 juta ton per tahun. “Atas dasar data tersebut, artinya kebutuhan HRC
sudah dapat dipenuhi oleh pabrikan dalam negeri,” imbuh Silmy.
Pabrik baru ini sudah
disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas produksi sampai dengan 4
juta ton per tahun, sehingga dalam pengembangannya nanti investasi yang
dibutuhkan lebih rendah dibandingkan dengan investasi pabrik kompetitor di
dalam dan luar negeri.
Penyelesaian pembangunan pabrik ini yang semula direncanakan
pada awal tahun 2020 sempat tertunda karena pandemi Covid-19. Kendala yang
dihadapi saat itu adalah pada tahap commissioning dikarenakan
kesulitan dalam mendatangkan teknisi dari luar negeri. Pabrik HSM 2 ini
dibangun oleh konsorsium bersama SMS Group Jerman dan PT Krakatau Engineering.
“Kami bersyukur akhirnya proyek HSM 2 ini bisa selesai karena
dengan dioperasikannya pabrik ini akan semakin memperbaiki kinerja Krakatau
Steel, terlebih saat ini terjadi peningkatan harga baja dunia pada 6 bulan
terakhir,” tandas Silmy.