KONTAN.CO.ID
- JAKARTA. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP)
atau Spindo masih mengupayakan untuk peningkatan utilisasi pabrikan pipa
bajanya. Sejak awal pandemi kemarin kapasitas produksi mengalami penyusutan.
Dengan kapasitas produksi mencapai 600 ribu ton per tahun,
utilisasi rata-rata Spindo setiap tahunnya berkisar antara 60%-65%. Namun
karena pandemi, demi menerapkan social
distancing utilisasi sempat berada pada level 50% saja.
Johannes Edward, Investor
Relations Spindo mengatakan di semester kedua tahun ini,
perusahaan masih mengkaji peluang untuk meningkatkan utilisasi pabrikan.
"Ditingkatkan sudah pasti, hanya kami masih belum tahu seberapa optimal
dapat ditingkatkan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin kemarin (27/7).
Apalagi saat ini kondisi pasar masih tidak menentu, Johannes
bilang perusahaan saat ini masih dalam tahap recovery. Yang terpenting bagi manajemen
bagaimana perusahaan berupaya mengoptimalkan servis kepada pelanggan,
Mengenai proyeksi sampai akhir tahun, manajemen belum dapat membeberkannya
lebih lanjut. Sementara ini sampai dengan kuartal-I 2020, penjualan bersih
Spindo turun 14,48% secara tahunan dari semula Rp 1,22 triliun di kuartal-I
tahun 2019 menjadi Rp 1,05 triliun pada kuartal-I tahun 2020 ini.
Johannes mengatakan kondisi pasar pipa baja di semester kedua
ini, pengaruh dari pandemi masih cukup kuat. Manajemen menilai seluruh pelaku
usaha masih sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan.
"Hal ini menyebabkan kenaikan penjualan masih tertahan,
meskipun kalau dibandingkan dengan kuartal dua masih lebih baik," ujar
Johannes. Meski pun untuk keseluruhan semester pertama tahun ini manajemen
memperkirakan kinerja bisnis akan mengalami penurunan dibandingkan periode yang
sama tahun lalu.
Saat ini perseroan masih menunggu perkembangan pasar domestik
secara lebih luas. "Kami juga melihat pemerintah cukup konsisten dalam
upaya melindungi industri baja dalam negeri. hal ini kami dukung, karena tanpa
dukungan pemerintah maka industri baja dan turunannya pasti kesulitan dalam masa-masa
pemulihan ini," urai Johannes.
Saat Spindo menggarap pasar ritel dan proyek, yang mana
masing-masing keduanya berkontribusi setara 50% bagi pendapatan perseroan.
Beberapa proyek yang masih perusahaan suplai kebutuhan pipanya ialah
Pembangunan Terminal Multipurpose di Labuan Bajo, PDAM, proyek jaringan gas di
Sulawesi dan beberapa proyek lainnya.
Spindo berharap dapat ambil bagian dalam proyek-proyek
pengembangan upaya hilirisasi yang dilakukan PT Pertamina. Karena menurut
Johannes, industri pipa lokal sangat mampu menjawab kebutuhan pipa dalam
pembangunan kilang dan transportasi minyak dari lokasi pengeboran.
Untuk itu peran pemerintah sangat penting dalam memastikan
industri pipa baja nasional mendapat porsi dalam pengembangan-pengembangan
proyek migas dan infrastruktur. Masuknya produk impor, kata Johannes, dapat
menjadi gangguan bagi industri lokal karena di tengah pandemi pasar dalam
negeri tengah mengecil.
Oleh karena itu dari sisi regulasi, Spindo berharap pemerintah
perlu konsisten melindungi pengusaha dalam negeri. "Tentunya dengan
perhitungan kecukupan dan kemampuan suplai secara bertahap. Jangan sampai juga
industri hilir mati karena kelangkaan bahan baku," kata Johannes.