Co Chairman Flat Product Indonesia Iron and Steel Industry Association
(IISIA) Irvan Kamal Hakim memperkirakan,
daftar harga baja internasional akan
terus naik. Kenaikan harga baja sudah mulai terjadi sejak Desember 2012
dan berpeluang terus berlanjut hingga Mei 2013.Dia mencontohkan, harga
besi bekas (scrap) di pasar internasional untuk kualitas 1 (HMS 1) pada
Desember 2012 masih ada pada level US$ 390 per ton. Saat ini, harga
bahan baku industri baja itu telah naik menjadi US$ 430 per ton.
"Kalau
harga scrap naik, harga baja juga akan naik sejalan dengan itu. Hingga
Mei 2013,harga baja inter nasional bisa naik sebesar US$ 80-90 per ton
dibandingkan Desember 2012 masih pada level US$ 700 per ton,"ujar Irvan
usai ber temu dengan Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta,Rabu
(16/1).
Menurut dia, tren kenaikan harga bahan baku dan baja
terjadi karena konsumsi dunia mulai membaik setelah sebelumnya sempat
terpuruk tahun lalu. Kondisi tersebut pun menjadi dilematis bagi
industri di dalam negeri, apakah akan berhenti berproduksi atau
menaikkan harga produk.Sementara itu, Irvan juga memproyeksikan,
konsumsi baja di dalam negeri tumbuh 6-9% tahun 2013 menjadi sekitar
11,10-11,41 juta ton.Pada 2012, per tumbuhan permintaan baja nasional
sekitar 8% menjadi 10,47 juta ton dibandingkan tahun 2011 sebanyak 9,7
juta ton."Permintaan baja akan terus meningkat. Penopangnya masih
sektor-sektor infrastruktur, konstruksi, dan otomotif,,"imbuhnya.
Permintaan Domestik
Walaupun
begitu, untuk tahun 2012, Irvan mengaku belum bisa memaparkan jumlah
permintaan riil baja di dalam negeri secara pasti. Pasalnya, IISIA masih
menghitung jumlah pasokan lokal dan total konsumsi nasional sepanjang
tahun lalu.IISIA pun belum tahu bagaimana efek riil dari kendala pasokan
scrap yang terjadi tahun lalu terhadap industri baja.
"Ketika
terjadi kendala impor scrap, industri di dalam negeri beralih mengimpor
billet(bahan baku setengah jadi). Di sisi lain, ada produsen billetdi
dalam negeri ada yang tidak berproduksi,"kata dia.
Karena itu,
Irvan juga memastikan, utilisasi industri baja nasional terpangkas tahun
2012. Kondisi ini memacu porsi baja impor menjadi 35-40% dan sisanya
disuplai oleh industri dalam negeri.
Kemampuan pasokan industri
baja nasional yang masih bisa menguasai pasar 65-66% dinilainya sudah
cukup bagus. Pasalnya, tidak ada negara di dunia yang industrinya mampu
memasok 100% kebutuhan domestiknya.
"Bahkan, impor oleh Tiongkok
dan Jepang juga tinggi. Karena itu,tidak ada yang hanya bergantung pada
satu sumber,"imbuh dia.Pada kesempatan itu, Irvan juga mengharapkan,
pemerintah mau menerapkan kebijakan bea masuk anti dumping (BMAD) atas
impor baja lembaran dingin (cold roll coil/CRC).
Sejak mengajukan
petisi sekitar 18 bulan lalu, KS telah menyampaikan terjadinya ker
ugian (injury) bagi industri di dalam negeri yang sejenis akibat praktik
perdagangan yang tidak adil."Berharap kanboleh (penerapan BMAD). Tapi,
pemerintah juga me-miliki pertimbangan tertentu,"kata Irvan.