KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain PT Krakatau Steel
Tbk (KRAS) yang melakukan
ekspor ke berbagai negara di awal tahun ini, anak perusahaan Krakatau Steel
yang bergerak di bidang manufaktur pipa baja dan jasa aplikasi pelapisan anti
korosi, PT KHI Pipe Industries (PT KHI) di tahun 2020 pun telah mengekspor
produk pipa baja ke Australia dengan total pengiriman sebanyak 4.370 ton.
“PT KHI menyuplai pipa baja dengan ukuran diameter 1500 mm tebal 25 mm
dan panjang 50 m. Seluruh bahan baku utama produk pipa baja ini menggunakan hot
rolled coil (HRC) milik PT KS,” ungkap Direktur Utama Krakatau Steel Silmy
Karim dalam siaran pers, Minggu (14/3).
Produksi pipa baja untuk proyek ekspor ini menjadi keberhasilan tersendiri
karena spesifikasi yang disyaratkan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi baik
dari segi pengujian, dimensi, dan ketebalan yang berada pada batas maksimum
kapasitas mesin yang dimiliki oleh PT KHI dan Krakatau Steel. Selain itu adanya
serangkaian tahapan pengujian yang dilakukan oleh pihak ketiga juga menjadi
tantangan tersendiri dan berhasil dilakukan dengan baik.
Untuk pasar dalam negeri, produk Krakatau Steel berperan penting dalam
pembangunan infrastruktur. Salah satunya adalah proyek fenomenal jalan tol
layang Jakarta-Cikampek II, proyek Light Rapid Transit, Bandara New Yogyakarta
International Airport dan lainnya.
Selain itu produk pipa baja Krakatau Steel juga sangat strategis dalam
hal infrastruktur di sektor minyak dan gas. sejak tahun 2019 sampai dengan hari
ini, Krakatau Steel bersama anak usaha sudah menyuplai kebutuhan baja untuk API
Series sebanyak ± 120.000 MT. Sedangkan untuk kebutuhan Pipa migas, anak usaha
PT KHI telah memasok sebanyak 23.349 ton di tahun 2019 dan 36.149 ton pada
tahun 2020. “Kami optimistis siap memenuhi permintaan baja domestik karena
sudah mampu bersaing dengan produk baja impor, dengan catatan tidak ada unfair trade,"
tegasnya.
Silmy mengatakan pengiriman ekspor ke beberapa negara membuktikan bahwa
produk KRAS dapat diterima dengan baik di pasar global maupun domestik dengan
harga yang kompetitif.
Krakatau Steel dan Group sudah bertransformasi menjadi lebih efisien,
buktinya ada banyak penghematan yang sudah dilakukan. Di tahun 2020, Krakatau
Steel mampu menurunkan biaya operasional hingga 41%. Terlebih dengan sudah
mulai diterapkannya harga gas industri sebesar US$6 per mmbtu yang juga membuat
biaya produksi menjadi lebih efisien.
Produk baja impor terutama produk baja dari China mendapatkan banyak
keringanan dari negaranya untuk bisa sampai ke Indonesia. Subsidi dari
pemerintah China untuk tax
rebate sangat mempengaruhi dalam penurunan harga impor baja.
Untuk itu, perlu dikuatkan kembali upaya penguatan pasar dalam negeri dengan
serangkaian peraturan dan tindakan tegas jika terjadi kecurangan dalam
perdagangan baja.
“Krakatau Steel mengapresiasi pemerintah yang sudah mampu menghadang derasnya produk baja impor masuk ke Indonesia hingga 34% di tahun 2020 sehingga kini produk baja domestik semakin kompetitif dan kami dapat meningkatkan kinerja dengan menggenjot volume penjualan," kata Silmy.