2019_10_04-18_43_39_d72752ec458f8bdd71eb3e732d174e13_960x640_thumb
Imbas Corona & Permintaan Lesu, RI Berpotensi Kebanjiran Baja Impor
Imbas Corona & Permintaan Lesu, RI Berpotensi Kebanjiran Baja Impor
March 11, 2020

ndonesia berpotensi kebanjiran baja impor seiring merebaknya wabah virus corona (Covid-19)  di hampir seluruh negara dunia. Ini dikarenakan permintaan baja di negara importir menurun, sering dengan lesunya perekonomian negara terdampak corona. 

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, dengan ekonomi lesu, stok atau pasokan baja global pun banyak yang menganggur dan tak terserap pasar.  "Karena ada penurunan pertumbuhan ekonomi, jadi over supply. Baja impor tersebut yang akan masuk ke Indonesia cepat atau lambat," kata Silmy di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (11/3).

Meski begitu, Silmy yang juga menjabat sebagai Ketua Umum The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) itu mengatakan, hingga kini industri dalam negeri belum merasakan dampak limpahan baja impor. Selain itu, permintaan baja juga masih stabil. Namun, hal tersebut menurutnya perlu diantisipasi jika terjadi over supply yang diramal pada Mei-Juli mendatang.

Sebab, kontrak konstruksi baja umumnya habis pada periode tersebut. Impor baja pun menuurtnya bisa datang dari berbagai belahan dunia. Bila terjadi kelebihan pasokan, eksportir akan mencari pasar yang mudah untuk menyerap stok baja dari negaranya, seperti Indonesia.

"Karena memang kita belum optimal dalam menjaga impor," ujar dia. Hal ini berbeda dengan negara lain yang memiliki sejumlah kebijakan impor, seperti bea masuk anti dumping, anti subsidi, hingga pembatasan kuota impor. Oleh karena itu, ia meminta Kementerian Perdagangan untuk melakukan lamgkah antisipasi dan berharap Menteri Perdagangan dapat mengurangi impor baja hingga 50%.

Meski begitu, ia mengapresiasi langkah Menteri Perdagangan saat ini yang telah selektif dalam memberikan izin impor. (Baca: Menperin Sebut Wabah Corona Bisa Kerek Harga Baja Impor dari Tiongkok) Hanya saja, hal tersebut juga perlu diikuti dengan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian untuk menjaga produksi  industri nasional.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengeluhkan besarnya impor besi dan baja ke Indonesia. Hal ini menjadi salah satu sumber defisit neraca perdagangan serta menggerus transaksi berjalan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,  impor besi dan baja sepanjang 2019 mencapai US$ 10,39 miliar atau sekitar Rp 753 triliun. Realisasi impor baja meningkat 1,42% dibanding  tahun sebelumnya US$ 10,25 miliar.

“Data yang saya miliki, impor baja sudah masuk ke peringkat tiga besar impor negara kita,” ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (12/2). Selain menyebabkan defisit dagang dan transaksi berjalan, impor baja juga menyebabkan utilitas pabrik di dalam negeri menjadi sangat rendah. Data mengenai impor baja bisa dilihat dalam databoks berikut. 



https://katadata.co.id/berita/2020/03/11/imbas-corona-permintaan-lesu-ri-berpotensi-kebanjiran-baja-impor

Related Articles