KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semakin banyak perusahaan yang
menerapkan industri hijau. Maka, sebanyak 40 mahasiswa University of
Queensland dan empat perwakilan mahasiswa Universitas Indonesia
melakukan factory visit ke pabrik Baja Lapis Aluminium Seng
(BJLAS) PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group). Kunjungan
itu ke Kawasan Industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Kedatangan mahasiswa yang disponsori oleh Pemerintah Australia, melalui
program New Colombo Plan (NCP) ini untuk melihat secara langsung
implementasi industri hijau, khususnya di sektor produksi baja.
“Kedatangan kami kali ini terkait environmental, khususnya
terkait tranformasi manufacturing ke green
manufacturing, terutama di industri baja,” terang Bambang Heru
Susanto, Ktua Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
dalam keterangan tertulis, Rabu (15/2).
PT Tata Metal Lestari terpilih dalam program NCP karena telah
mendapatkan sertifikat Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian
(Kemenperin).“Harapannya mahasiswa University of Queensland ini mengetahui
bahwa di Indonesia ada industri-industri strategis sebetulnya yang bisa juga
mereka pelajari dan mereka jadikan sebuah tempat yang nantinya misalkan ingin
magang atau internship,” terang Bambang lagi.
"Saya rasa sebagian besar mahasiswa yang hadir jadi lebih mengerti
bagaimana baja lapis dibuat. Dalam proses ini mereka juga mempelajari rangkaian
proses panjang termasuk bagaimana menangani produk akhir dan residu atau limbah
dari kegiatan mereka,” timpal Adrian Oehmen, Associate
Professor di School of Chemical Engineering, pendamping para mahasiswa
University of Queensland
Vice President Operations PT Tata Metal Lestari,
Stephanus Koeswandi menjelaskan, baja, semen dan petrokimia merupakan
tiga industri penghasil emisi teratas dan termasuk paling sulit
didekarbonisasi.
Ia menambahkan, sektor keuangan memiliki peran penting dalam mendorong
langkah-langkah dekarbonisasi yang sistemik. Banyak lembaga pembiayaan
mendalami langkah-langkah mendorong perusahaan tujuan investasi menerapkan
prinsip/standar pelaporan berkelanjutan. Dan memasukkannya ke dalam rencana
aksi sebagai salah satu variabel penting untuk keputusan investasi dan pada
akhirnya menarik investasi hijau masuk ke Indonesia.
“Dekarbonisasi memerlukan inovasi konstan pada bahan bakar, bahan baku,
dan proses produksi. Memiliki perencanaan yang ambisius dan visi jangka panjang
untuk industri ini adalah suatu keharusan,” terang Stephanus.
Tata Metal Lestari sadar penuh akan kebutuhan untuk memiliki visi,
misi, strategi dan peta jalan untuk industri hijau. Langkah ini mendukung
agenda pemerintah menuju karbon netral tahun 2050 dan kesiapan
perdagangan karbon global.
“It is just a beginning. Kami percaya dengan menggandeng banyak pemangku kepentingan untuk bumi hijau akan lebih cepat tercapai. Tata Metal Lestari siap memperluas dukungan untuk New Colombo Plan dengan peluang magang," ujarnya.